Banjarbaru to Balikpapan, via Batu licin

Setelah kemarin kita cerita perjalanan Balikpapan ke Banjarmasin via tanjung tabalong. Nah sekarang saya mau cerita perjalanan pulang dari Banjarmasin menuju Balikpapan via Batulicin. Mohon maaf kelamaan jeda ceritanya ya guys.

Tadinya saya memberi penawaran kepada popo untuk mulai perjalanan siang hari kemudian menginap di Batulicin. Jadi bisa puas untu mampir-mampir di objek wisata yang dilalui, kemudian istirahat dan melanjutkan perjalanan esok harinya. Tapi popo prefer untuk berangkat pagi dan lanjut terus sampai Balikpapan. Ya udah akhirnya sepakat, berangkat pagi dari Banjarbaru via Batulicin yang pastinya melewati banyak kawasan pantai dan ada beberapa bukit yang masih hijau di daerah Tanah Laut.

Berangkat jam 7 pagi, sudah sarapan dan sudah bawa cemilan ditambah banyak air putih. Masuk kawasan Tanah Laut masih pagi dan cuaca masih enak banget. Tapi karena perjalanan masih jauh banget, kami sepakat lagi untuk lanjut aja. Kemudian memasuki daerah Asam Asam, ada wisata pantai Turki yang termasuk wisata hits di Kalimantan Selatan, masih sepakat untuk gak mampir. Padahal yah sayang banget ini udah di bela-belain via Batu Licin masih pada di skip aja objek wisata nya. Ya udin lah ya ikhlasin aja, ngebayangin perjalanan masih jauh ini soalnya, kasian popo nya juga lagi kurang fit.

Nah, sampailah ke daerah Pagatan yang jalannya di sepanjang garis pantai. Gak mampir aja udah bisa bahagia liat pantai. Tapi akhirnya kami mampir sebentar di tengah teriknya matahari yang sudah jam 11 siang. Kebayang banget ya panasnya Kalimantan gimana, jam 11 siang pula. Tapi namanya berwisata, kalau takut panas ya gak dapat apa-apa. Mampir dan poto-poto sejenak. Kebetulan walaupun panas, tapi banyak pohon pinus jadi terasa sedikit rindang.

Sebentar aja mampir, terus lanjut lagi. Karena kita menyusuri garis pantai, jadi yakin aja bakal ketemu lagi another beach yang mungkin lebih indah dan bersih. Nah, ternyata bener dong. Gak jauh jalan, ketemu lagi pantai yang di sepanjang jalannya banyak penjual makanan. Ada yang warung dan ada yang gerobakan aja. Mampir lagi dong, sekalian nawarin untuk cari makan siang. Setelah cek lokasi, ternyata popo kurang cocok sama tempat dan makanannya. Jadi lagi-lagi cuma mampir aja.


Lanjur lagi, dan pagatan sudah di belakang kita terus menuju pusat kota batu licin. Memasuki kota, terasa kota ini begitu sepi, jalanan lengang, ruko pada tutup, penjual makanan sangat minim. Berdasarkan analisa sok tau saya, kota ini mungkin banyak di isi oleh pendatang yang tentu saja akan mudik pada saat libur lebaran begini. Nah masalah selanjutnya kami menjadi khawatir nasib makan siang kami hari ini. Dan Alhamdulillah sekalia, ada warung soto banjar ala kadarnya yang buka dan tanpa pikir panjang langsung kami mampiri.


Terus rasanya gimana? Alhamdulillah enak pemirsa, seger, dan murah meriah pula. Walaupun makan hanya di pelataran ruko dengan tenda ala kadarnya, tengah siang pula, dan makannya soto pula. Bisa dibayangkan dong ya keringatnya itu gimana. Yang penting bisa bikin on fire lagi.

Setelah kenyang, solat dan istirahat sebentar, kami lanjut lagi. Mulai meninggalkan kabupaten tanah bumbu dan memasuki kabupaten tanah pulau atau yang terkenal dengan kotabaru. Antisias sekali saya melihat kiri kanan, daerah yang sama sekali baru untuk saya. Jalanan cukup bagus, cukup besar juga tetapi terasa semakin sepi. Kami hanya berpapasan dengan satu dua mobil, boro-boro mau saling mendahului kami malah tidak melihat teman yang searah. Ada hanya beberapa motor yang mungkin memang warga asli saja. Setelah cukup bosan, akhirnya kami melihat pemandangan indah, Di kiri kanan jalan banyak terdapat bukit kapur. Kaya sekali alam kalimantan ini, tapi malah tidak tersentuh pemerintah. Bagaimana pemerintah akan mengetahui kalau kekayaan alam kalimantan ini sudah habis di keruk swasta, atau perusahaan asing, atau bahkan oleh warga. Ah, saya bangga pernah melihat kalimantan, hutan-hutannya, kontur tanahnya yang begitu beragam dan unik,  hasil buminya, wisatanya dan kekayaan lainnya yang hanya dimanfaatkan dan di keruk oleh oknum saja, tapi tidak memajukan daerahnya.

Dua jam, tiga jam, dan kami mulai bosan serta khawatir. Tidak juga kami memasuki perbatasana KalSel-kalTim. Yang kami lihat masih saja jejeran bukit kapur dan jalan semakin rusak serta semakin sepi. Begitu bahagia ketika akhirnya kami melihat gapura perbatasan KalTim dan di pikiran saya bahwa kami akan segera sampai di pelabuhan Penajam. Ternyat tidak permirsa, perjalanan kami masih sangat jauh. Berulang kali saya tawarkan popo untuk gantian menyetir tapi popo tetap tidak mau. Rasa bersalah mulai menghampiri, ini semua karena permintaan saya, batin saya.

Sampai di kabupaten Paser, saya semakin semangat menghitung waktu dan menghitung kilometer. Sekedar menyemangati diri saya dan tentu saja menyemangati popo. Seolah palabuhan penajam sudah di depan mata. Tapi pada kenyataannya apa, saya kecewa lagi. Karena ketika ditanya ke petugas SPBU beliau menjawab paling cepat satu jam, tapi biasanya macet. Dan hari sudah nulai gelap. 12 jam sudah perjalanan kami dan kami masih dinegeri antah barantah. Lelah sekali badan rasanya, dan bagaimana yang dirasakan popo yang menyetir tentu lebih capek lagi. Belum lagi mata ini tidak bisa terpejam, tidak tenang rasanya saya tidur dan meninggalkan popo menyetir sendirian dan tentu lebih lelah dan ngantuk dari saya.

Tepat pukul 8 malam tibalah kami di kabupaten Penajam Paser Urara. Baru sampai sini saja senang sekali rasanya. Alhamdulillah wa syukurilah, perjalanan kami sedikit lagi berakhir.  Tapi pada kenyaraannya kami tetap harus kembali bersabar, karena antrian untuk naik ke kapal penyebrangan sangat panjang yang kami kira ini adalah antrian lampu merah. Akhirnya penawaran saya kali ini di amini popo. Saya ambil alih kemudi, dan popo saya minta beristirahat di jok belakang (harapan saya sih beliau tidur). Biarkan saya yang mengantri, karena ini akan lama. Benar saja, hampir 2 jam mengantri dan baru akhirnya kami menaiki kapal penyebrangan. Beberapa petugas yang melayani sedikit terkejut ketika melihat saya dibalik kemudi ditambah mungkin tidak terlihat ada orang lain didalam mobil.

Setelah 1.5jam kami sampai di pelabuhan kariangau. Saya dan popo sebelumnya tertidur pulas dimobil dengan kaki di atas setir dan kondisi seadanya. Pukul 11 malam lebih kurang kami sampai dirumah. Alhamdulillah, perjalanan panjang kami, petualangan berdua yang tidak akan terlupakan, menjelajah alam kalimantan yang sangat luas dan aangat alami. Kalau ada yang bertanya 'masih mau via batu licin lagi?', saya akan jawab dengan cepat 'tidak'. Sudah cukup mencobanya, mungkin lain kali bisa menxoba yang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senja Di Bumi Borneo

Tanjung Bira, Bulukumba, South Sulawesi

Selamatkan Anak Kita dari Trauma Psikologis